Selasa, 17 Mei 2011

Gereja Yang Kudus dan Am


A.    Gereja yang Kudus dan Am   
Gereja yang Kudus dan Am tidaklah didasarkan atas perbuatan dan usaha manusia. Kekudusan Gereja juga bukanlah terletak pada anggota-anggota Gereja dan perbuatannya, tetapi berdasarkan Allah Tritunggal yang adalah Kudus, seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:1-26. Hal ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa Allah menguduskan Gereja dengan korban Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri-Nya satu kali untuk selama-lamanya, serta dengan berlangsungnya pekerjaan dari Roh Kudus. Yesus Kristus telah mati untuk dosa-dosa gereja dan gereja dikuduskan-Nya dengan darah-Nya.  J. Verkuyl mengatakan, “kekudusan gereja terlaksana dalam menempuh jalan darah yang menuju ke salib, yakni dengan pengampunan semua dosa kita”.[1]
Gereja itu kudus adalah merupakan soal kepercayaan, di mana dalam Yesus Kristus, Allah telah berfirman kepada kita bahwa segala dosa kita telah diampuni-Nya, dan karena itulah Allah berkenan menganggap kita sebagai orang-orang benar dan kita pun dikuduskan oleh-Nya. Di dalam dan oleh karena percaya kepada Yesus Kristus, kita ini benar serta kudus bukan karena sifat yang kita miliki ataupun perbuatan yang kita lakukan, melainkan oleh karena penebusan yang diberikan oleh Allah kepada kita melalui pekerjaan Yesus Kristus.  
Kita mengakui bahwa gereja adalah kudus, juga oleh karena Roh Kudus yang terus bekerja dan berkarya dalam mengajarkan orang-orang beriman untuk berjuang menaati segala perintah Tuhan yang telah mati di atas kayu salib untuk menguduskan umat kepunyaan-Nya oleh darah-Nya yang tak ternilai harganya. Kepercayaan itulah yang kita ikrarkan di dalam pasal Pengakuan Iman Rasuli, yakni oleh karena rahmat Allah Gereja yang Kudus menjadi sebuah realitas di dunia ini, yang harus kita percayai dan yang akan menjadi nyata apabila Kerajaan Allah dinyatakan-Nya kelak. Kita juga percaya bahwa dalam gereja  berlangsung karya Roh Kudus yang mengajarkan manusia untuk berkata “ya” kepada Kristus dan kepada pekerjaan yang telah dilakukan-Nya bagi kita.  G. C. van Niftrik dan B. J. Boland  mengatakan bahwa:
Di dalam dan oleh karena percaya kepada Yesus Kristus, kita ini adalah sungguh “benar” serta “kudus”, bukannya lantaran sifat-sifat yang kita miliki melainkan lantaran “Firman-Pembebasan” yang disampaikan Allah kepada kita, berkat pekerjaan Yesus Kristus. Sebab percaya kepada Allah berarti mengiyakan apa yang dikatakan Allah kepada kita. Dan Firman Allah tidaklah omongan sembarangan saja, sebagaimana halnya dengan omongan kita manusia.[2]
Gereja yang kudus adalah umat Allah atau bangsa pilihan Allah yang kudus berdasarkan persekutuan dengan Kristus. Kita dibaptiskan untuk menjadi milik-Nya dan diberikan kebenaran yang sempurna, sebab Allah memandang kepada kita di dalam Yesus Kristus. Artinya, sebagai manusia yang dosanya telah diampuni oleh kematian serta kebangkitan Yesus Kristus maka pengakuan kita itu bukanlah timbul karena melihat kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain, tetapi kita mengaku bahwa gereja itu kudus dengan memandang lewat iman dan kepercayaan kepada Yesus Kristus yang telah menguduskan kita sebagai milik-Nya.
Gereja yang kudus dalam pengertian yang universal adalah orang-orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah, dan oleh Roh itu pula telah dibaptiskan-Nya menjadi anggota tubuh Kristus (1Kor 12:13; 1 Petrus 1:3; 22:25). Hal ini mengandung pengertian bahwa Kristus sangat mengasihi gereja-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri baginya (Efesus 5:25); dan Tuhan juga selalu memurnikan dan menguduskan gereja (Efesus 5:26-27). Hal ini dijelaskan pula oleh Henry C. Thiessen bahwa, “dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang, yang pada zaman ini, telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah”.[3] 
Penjelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa gereja yang kudus adalah semua orang percaya yang telah dibaptis menjadi satu tubuh dengan Kristus, dan yang telah menerima karunia Roh Kudus untuk menjalankan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia yaitu, bersaksi, bersekutu dan melayani. Charles C. Ryrie mengatakan, “kadang-kadang baptisan Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus tidak dibedakan, karena kepenuhan baptisan itu terjadi sebagai akibat pertobatan dan tidak untuk semua orang percaya”.[4]
Gereja yang am adalah juga merupakan soal kepercayaan sama seperti halnya dengan kekudusan gereja. Kita mempercayai dan mengakui bahwa gereja adalah am karena kita mengakui Yesus Kristus sebagai Kepala gereja dan Raja dunia. Gereja adalah gereja yang am oleh karena Kristus adalah Juruselamat untuk dunia dan untuk semua umat manusia. Gereja yang am merupakan pemberian anugerah Allah yang telah memberikan Anak-Nya sendiri untuk menjadi Kepala gereja, supaya di dalam Dia gereja adalah sunguh-sungguh gereja yang am. 
G. C. van Niftrik dan B. J. Boland kembali mengatakan bahwa:
Sebab Yesus Kristus telah datang; Ia telah disalibkan dan bangkit, untuk menjadi Tuhan bagi semua orang. Dialah satu-satunya Pengantara antara Allah dengan kita manusia (1 Tim 2:5). Seantero dunia dan segenap umat manusia membutuhkan ristus sebagai Pelepas dan Juruselamat. Dan Allah menghendaki bahwa semua orang diselamatkan (1 Tim 2:4). Maka dari itu, jika gereja benar-benar gereja, artinya gereja Kristus, maka tidak dapat tidak ia adalah gereja yang am, dan tetap tinggal gereja yang am.[5]
Gereja yang am sudah ada sejak semula dan tidak diciptakan karena usaha Pekabaran Injil yang meliputi seluruh dunia. Hal ini dengan jelas dinyatakan dalam Firman Tuhan bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Nya, di situ pun Dia hadir bersama mereka (Matius 18:20), dan di situ pula terdapat gereja yang am. G. C. van Niftrik dan B. J. Boland juga mengatakan  “sebab bahwasanya gereja itu gereja yang am, itu bukanlah kesimpulan yang timbul dari sejumlah fakta-fakta serta keadaannya yang kelihatan, melainkan gereja itu am lantaran pekerjaan Yesus Kristus yang merupakan Kepalanya”.[6]
Gereja disebut am berarti umum yakni, gereja itu tidak dibatasi oleh tempat, bangsa, keadaan sosial dan sebagainya. Semua orang beriman dari segala tempat, segala bangsa, baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun perempuan, yang semuanya karena iman mewujudkan tubuh Kristus yang satu, sebab semuanya memiliki satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan. Gereja yang am menunjuk kepada orang-orang yang dipanggil keluar oleh Yesus Kristus untuk datang ke suatu tempat dan menjadi satu kesatuan atau sebagai masyarakat yang dilembagakan untuk tujuan agama. Sebagaimana Thomas M. Crie mengatakan “the unity of the church is implied in the most general viev we can take of its nature as a society instituted for religious purpose. True religion is essensialy one even as God its object is one”.[7] (kesatuan dari gereja adalah tersirat dalam pandangan yang paling umum yang kita ambil dari alam, sebagai suatu lembaga masyarakat untuk tujuan agama. Agama yang sejati dasarnya satu yaitu Tuhan sebagai objek satu-satunya).

B. Gereja yang Kelihatan
            Perbedaan antara gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan tidak terdapat dalam Perjanjian Baru karena gereja bukanlah hanya suatu ide, tetapi merupakan suatu kenyataan yang dapat diketahui oleh indera. Sebagai tubuh Kristus, gereja haruslah kelihatan dan memiliki wujud atau bentuk pengalaman dan penghayatan, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral), tetapi harus terpadu, sempurna dan lengkap. Gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan bukanlah merupakan dua gereja. Artinya, suatu persekutuan yang historis dan duniawi, yang didirikan atas persekutuan yang super natural-rohani atau yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu dan pengetahuan dunia.  Theol Dieter Becker  mengatakan, “Perjanjian Baru tidak mengenal perbedaan antara gereja yang kelihatan dan yang tak kelihatan. Hanya ada satu-satunya gereja dan gereja itu kelihatan”.[8]  Hal ini menjadi jelas bahwa di dalam gereja yang kelihatan terdapat gereja yang tidak kelihatan.  Stephen Tong  mengatakan, “gereja yang kelihatan merupakan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang kelihatan yang bereksistensi dengan dunia sekelilingnya dalam tiap zamannya”.[9]
            Gereja Tuhan adalah gereja yang nampak atau kelihatan karena memiliki suatu bentuk yang tampak dalam suatu organisasi eksternal, yang melaluinya gereja menyatakan diri. Gereja menjadi nampak dalam pengakuan dan perbuatan, dalam pelayanan Firman dan sakramen-sakramen, serta dalam organisasi dan pemerintahan gereja secara eksternal. Gereja yang nampak disebut juga sebagai milik kerajaan Allah, bagian dari kerajaan itu dan sebagai perwujudan yang paling penting dari semua kekuatan kerajaan itu. Hal ini dijelaskan oleh Louis Berkhof  bahwa:
Gereja yang nampak merupakan pernyataan dari kerajaan Allah, di mana kelompok-kelompok orang Kristen berusaha menerapkan prinsip-prinsip kerajaan untuk semua bidang kehidupan. Gereja yang nampak dan kerajaan Allah juga dapat diidentifikasikan dengan pengertian tertentu.[10]
Gereja yang nampak dalam penyataannya menghadapi ketidak sempurnaan dunia yang berdosa. Hal ini dapat kita lihat dalam perumpamaan lalang di antara gandum (Matius13:24-30) dan juga dalam perumpamaan tentang pukat (Matius 13:47-52). Oleh sebab itu gereja yang nampak menjadi alat dalam peneguhan dan perluasan Kerajaan Allah sampai pada kesudahannya.
Gereja yang kelihatan telah dimulai pada hari Pentakosta yaitu ketika para murid-murid-Nya dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 2:4), di mana 3.000 orang dibaptis dengan air sebagai tanda pertobatan mereka (Kis 2:41-47).  Hal ini menjelaskan bahwa peristiwa Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus pada hari itu.  Baptisan Roh Kudus menempatkan orang-orang percaya dalam tubuh Kristus yang adalah gereja. Charles C. Ryrie mengatakan “walaupun kata baptisan tidak nampak pada peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2, namun sangat jelas dalam pasal 11:15-16 bahwa baptisan tersebut terjadi untuk pertama kalinya pada hari itu”.[11]  Jadi jelaslah bahwa peristiwa pembaptisan pada hari Pentakosta itu merupakan awal dimulainya gereja, yang menjadikan orang-orang percaya terhisab di dalam Kristus dalam suatu persekutuan dengan-Nya.  Charles C. Ryrie kembali mengatakan bahwa:
Disamping membaptiskan mereka yang percaya ke dalam satu tubuh, Roh Kudus juga diam di dalam diri orang-orang Kristen (1 Kor 6:9), gereja-gerja lokal (1 Kor 3:16) dan tubuh Kristus (Ef 2:22).  Roh Kudus memberi kuasa, memimpin, memberikan penghiburan, dan memberi berbagai macam karunia kepada gereja (Kis 1:8; 9:31; 1 Kor 12:3).  Sesungguhnya, Roh Kudus merupakan kuasa dan kehidupan yang memberi kekuatan kepada gereja.[12]
Pada pihak lain, gereja yang kelihatan tidaklah berbeda dengan persekutuan-persekutuan atau lembaga-lembaga yang lainnya di dunia ini.  Ia mempunyai anggota-anggota dan peraturan-peraturan serta susunan yang tertentu.  J. L. Abineno mengatakan, “gereja yang konkrit dan nampak ditinjau dari sudut sosiologis ia tidak berbeda dengan lembaga-lembaga lain yang terdapat di dunia ini”.[13]  Gereja yang kelihatan juga mempunyai suatu segi iman. Artinya bahwa gereja itu diciptakan dan dipelihara oleh Roh Kudus berdasarkan iman dalam Yesus Kristus.  J. Fraanje  mengatakan, “The church is constantly preserved in Christ, is has always been manifest that Lord take care of His own”.[14] (Gereja terus dipelihara dengan teguh di dalam Kristus, ia selalu menjadi wujud atau nyata karena Allah yang mengurus milik-Nya).

C.Yesus Kristus Sebagai Kepala Gereja
Gereja terdiri dari orang-orang yang dipanggil oleh Allah melalui Kristus yang mengumpulkan gereja-Nya dengan Firman dan Roh-Nya.  Oleh sebab itu, Yesus Kristus adalah sebagai Kepala gereja dan jemaat sebagai anggotanya.  Hal ini mengandung pengertian bahwa gereja sebagai anggota tubuh Kristus adalah gereja yang dibangun di atas visi-Nya sehingga gereja mempunyai pengharapan yang lebih tinggi, yaitu pengharapan kepada Kristus sebagai Kepala gereja. George Barna  mengatakan, “Gereja yang dibangun di atas visi-Nya adalah gereja yang mempunyai pengharapan”.[15]  Oleh sebab itu, maka gereja harus mendasarkan visinya kepada Firman Allah sehingga benar-benar apa yang menjadi kehendak Allah  bagi gereja dapat terwujud, karena setiap anggota harus menjalankan peranannya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Kepalanya yaitu Kristus.
Gereja harus memiliki sifat yang berbeda dengan lembaga-lembaga yang didirikan oleh manusia sebab gereja itu ciptaan Allah Tritunggal, yang dikumpulkan dan dipanggil oleh Kristus sehingga Kristuslah yang menjadi kepala gereja. B. J. Boland  mengatakan, “Gereja berlainan sifatnya dengan suatu perkumpulan yang didirikan oleh manusia.Gereja itu ciptaan Roh Kudus.  Dapat juga dikatakan bahwa Kristuslah yang mengumpulkan gereja-Nya dengan Firman dan Roh-Nya.[16]
Kristus sebagai Kepala gereja oleh karena Dialah yang memenangkan gereja-Nya dari kuasa dosa dan maut lewat kebangkitan-Nya.  Kebangkitan Kristus merupakan pondasi yang kokoh bagi berdirinya gereja karena janji Allah untuk memulihkan kerajaan atau gereja-Nya digenapi di dalam Kristus.  Kristus juga memberikan suatu janji kepada murid-murid-Nya untuk mencurahkan Roh-Nya yang Kudus.  Dan pada peristiwa Pentakosta janji itu dinyatakan sehingga dengan tuntunan Roh Kudus gereja terus dibaharui supaya tetap teguh berdiri sampai kedatangan-Nya yang kedua.  Thomas Michel mengatakan, “setelah kebangkitan-Nya, jemaat Kristiani meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, sehingga mereka memanggil-Nya Kristus sebagai padanan nama asli-Nya Yesus yang adalah Kepala dari jemaat atau gereja”.[17]
Yesus Kristus sebagai Kepala gereja adalah juga karena ada banyak gereja yang memiliki berbagai macam perbedaan karakteristik.  Untuk menyatukan perbedaan itu, maka gereja harus mempunyai seseorang yang mampu dan berwewenang untuk menyatukan perbedaan tersebut.  Dan hanya Kristus yang memiliki kuasa dan otoritas penuh untuk menghimpun dan mengumpulkan manusia dengan berbagai karakteristiknya melalui kematian dan kebangkitan-Nya.  David R. Ray  mengatakan, “Setiap gereja itu berbeda. Setiap gereja mempunyai suatu perkumpulan karakteristik yang sangat berbeda dan sekelompok orang dengan berbagai karunia tertentu mereka”.[18]
Pada hakekatnya, gereja sebagai tubuh Kristus memiliki kepala yang memimpin dan menjadi pusat dari semua yang dilakukan oleh gereja, dan kekristenan disebut Kristen karena Kristus adalah Kepalanya. G. Van Reenen  mengatakan, “It is called Christian because Christ is its Head from which the entire body comes forth and because He has founded it”.[19] (Gereja disebut Kristen karena Kristus adalah Kepala dari seluruh badan dan karena Dia yang telah mendirikannya).  Demikian juga  G. I. Williamson  mengatakan bahwa:
Yesus Kristus sebagai Kepala gereja oleh karena Dialah yang mengumpulkan umat pilihan-Nya menjadi satu. Kristus sebagai Kepala gereja karena Dia adalah sebagai pengantin mempelai pria dan gereja adalah sebagai mempelai wanita, tubuh dan kepenuhan dari Dia yang memenuhi segalanya.[20]

D. Tanda-tanda Gereja Yang Sejati dan Yang Palsu
Gereja yang sejati bukan juga merupakan hasil usaha atau perbuatan manusia atau hasil suatu pengaturan dari manusia. Di dalam Ibrani 12:23, gereja yang sejati disebut sebagai  jemaat anak-anak sulung. Artinya, kelahiran baru merupakan tanda pertama dalam mendirikan gereja yang sejati. Selanjutnya masih banyak tanda-tanda dari gereja yang sejati yaitu salah satunya ialah adanya baptisan Roh Kudus yang pada mulanya terjadi pada peristiwa Pentakosta (Kis 1:4-5; 11:15-17).  Baptisan Roh hanya dapat dilakukan oleh Yesus melalui Roh Kudus, dan hanya Dia yang membangun gereja-Nya dengan membaptiskannya menjadi anggota gereja yaitu tubuh Kristus (Matius 16:18).
Gereja yang sejati juga memiliki sistem pengaturan yang jelas dan nyata seperti: memegang teguh suatu standar doktrin yang pasti (Kis 2:42), mengadakan persekutuan rohani dengan berkumpul bersama, melakukan sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus, berhimpun untuk mengadakan kebaktian, serta memberikan bantuan material dan spiritual bagi sesama yang membutuhkannya (Kis 2:41-46). Selain itu, tanda-tanda gereja yang sejati adalah memiliki pejabat-pejabat gereja (Kis 14:23), memiliki waktu pertemuan yang telah ditetapkan (Yoh 20:19, 26), mengatur sopan santun dalam kebaktian gereja (1 Kor 14:26-40), mengumpulkan uang untuk pekerjaan Tuhan (2 Kor 14:26-40), serta memiliki suatu sistem pengaturan atau ketetapan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua anggota gerejanya (Kis 15:22-29).
Tanda-tanda gereja yang sejati secara umum adalah memiliki sarana kasih karunia untuk menguatkan iman dan kepercayaan gereja oleh Roh Kudus yaitu melaksanakan sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.  Louis Berkhof  mengatakan, “as signs and seals they are means of grace, that is, means of streng thening the inward grace that is wrought in the heart by the Holly Spirit”.[21] (sebagai tanda dan meterai, kedua sakramen ini merupakan sarana untuk memperoleh kasih karunia, maksudnya sarana untuk menguatkan kasih karunia batuniah yang dikerjakan di dalam hati oleh Roh Kudus).  Kedua sakramen itu adalah merupakan tanda yang kelihatan mengenai kebenaran iman Kristen agar kita bertumbuh dalam kasih karunia-Nya. Namun perlu diingat bahwa kedua sakramen itu tidak dapat menyelamatkan manusia. Henry C. Thiessen mengatakan bahwa:
Baptisan atau Perjamuan Kudus tidak memberikan kasih karunia khusus, meskipun kita memang bertumbuh dalam kasih karunia Tuhan Yesus ketika kita menaati perintah Kristus dan mengingat Kristus serta pengorbanan-Nya untuk kepentingan kita.[22]
Gereja yang sejati adalah gereja yang mendasarkan ajarannya pada kebenaran Firman Tuhan dan menjadikan Kristus sebagai Batu penjurunya (Mat 16:18).  Artinya, gereja harus memiliki hubungan yang sangat penting dengan Kristus, dan harus berada di bawah pengawasan-Nya sebagai Kepala dan Mempelai pria, serta merupakan sebuah kesatuan dan memiliki aneka ragam karunia diantara anggota-anggotanya untuk menghadirkan syalom Allah di tengah-tengah dunia.  Eddy Paimoen dan Insriatmi  mengatakan bahwa:
Jemaat sebagai anggota tubuh Kristus harus menciptakan persekutuan yang akrab, dan bersama-sama melaksanakan tri tugas panggilan bergereja untuk membuktikan keseimbangan pelayanan yang bersifat vertikal dan horisontal.[23]
Gereja yang sejati adalah gereja yang siap menerima tantangan perubahan di tengah-tengah dunia.  Artinya, gereja harus selalu siap untuk menampilkan dirinya sedemikian rupa sehingga dunia melihat dan menerimanya sebagai agen-agen Kerajaan Allah, dan masyarakat dapat menemukan identitas dan jati diri yang benar, serta dapat mengenal Allah melalui kemajemukannya. 
Makmur Halim mengatakan, “Kemajemukan dan kesatuan dalam tubuh Kristus memampukan gereja tampil beda dalam masyarakat majemuk, sehingga refleksi kemajemukan tubuh Kristus yang satu itu dapat diterima oleh masyarakat yang majemuk”.[24]
            Adapun yang orang-orang yang termasuk gereja yang sejati yaitu dapat kita kenali dari iman dan kepercayaannya setelah mereka menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat dunia.  Th van den End  mengatakan bahwa:
Adapun orang-orang yang termasuk Gereja itu dapat dikenali dari ciri-ciri orang Kristen, yaitu dari iman, dan jikalau mereka, setelah menerima satu-satunya Juruselamat Yesus Kristus, menjauhi dosa dan mengejar kebenaran, mengasihi Allah yang sejati dan sesama manusia, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, dan menyalibkan dagingnya serta segala perbuatannya.[25]
Sedangkan gereja yang palsu selalu menganggap dirinya berkuasa dan memiliki wewenang yang melebihi Firman Allah, sehingga ia tidak turut pada perintah Kristus.  Gereja yang palsu juga tidak melaksanakan kedua sakramen kudus yang diperintahkan Tuhan Yesus Kristus yaitu, Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.  Th van den End  kembali mengatakan, “gereja yang palsu itu lebih bertumpu pada manusia dibandingkan pada Allah”.[26]  
Jadi pada dasarnya, gereja yang palsu adalah gereja yang lebih mementingkan kepentingan didinya sendiri dan hal-hal yang duniawi serta menganggap dirinya lebih tinggi, lebih mulia dan lebih berkuasa dari segala-galanya, bahkan melebihi Tuhan yang adalah Juruselamat dan Pelepas bagi semua manusia.



 


[1] J. Verkuyl, Aku Percaya, cet ke- 16, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, h. 476.
[2] G. C. van Niftrik dan B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, cet. Ke-7, Gunung Mulia, Jakarta, 1990, h. 365.
[3] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, cet. Ke-1, Gandum Mas, Malang, 1992, h. 476. 
[4] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Yayasan Andi, Yogyakarta, 1986, h. 367.
[5] G. C. van Niftrik dan B. J. Boland, op. Cit., h. 367.
[6] Ibid, h. 192.
[7] Thomas M. Crie, Unity of the Church, Presbyterian Heritage Publication, Texas (USA), 1989, h. 9.
[8] Theol Dieter Becker, Pedoman Dogmatik, cet. Ke-3, Gunung ulia, Jakarta, 1996, h. 176.
[9] Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan, cet. Ke-1, Momentum, Surabaya, 2008, h. 34.
[10] Louis Berkhof, Teologi Sistematika, pen. Yudha Thianto, cet. Ke-7, Momentum, Surabaya, 2008, h. 35.
[11] Charles C. Ryrie, op. cit., h. 196.
[12] Ibid.
[13] J. L. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, cet. Ke-5, Gunung Mulia, Jakarta, 2001, h. 192.
[14] J. Fraanje, Striving Together in the Divide Truths of Scripture, Secod Printing, USA, 1987, h. 346.
[15] George Barna, Kekuatan Sebuah Visi, pen. Rina Letedara, Metanoia Publishing, Jakarta, 1992, h.85.
[16] B. J. Boland, Intisari Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1997, h. 57.
[17] Thomas Michel, Pokok-Pokok Iman Kristiani, cet. Ke-2, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2oo7, h. 55.
[18] David R. Ray, Gereja yang Hidup, pen. Paul Ritter, cet. Ke-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2009, h. 131. 
[19] G. Van Reenen, The Heidelberg Catechism, Reformed Congregations, America, 1955, h. 276.
[20] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, cet. Ke-1, Momentum, Surabaya, 2006, h. 287.
[21] Louis Berkhof, Systematic. . . op. Cit., h. 618.
[22] Henry C. Thiessen, Teologi. . . op. Cit., h. 151.
[23] Eddy Paimoen dan Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral, cet. Ke-1, Yayasan Kasih Abadi, Bogor, 2007, h. 20.
[24] Makmur Halim, Gereja di tengah-tengah Perubahan Dunia, cet. Ke-1, Gandum Mas, Malang, 2000, h. 68.
[25] Th van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, cet. Ke-1, Gunung Mulia, Jakarta, 2000, h. 45.
[26] Ibid.

3 komentar:

  1. Where to find best bets for football leagues and sports toto
    With a 메이저 바카라 total of £10billion 바카라 사이트 casinopan dollars in sports 토토 사이트 추천 betting cn-universall.com betting wagering, some bookies have a huge list of wagering competitions. These competitions are 바카라 사이트 casinopan

    BalasHapus
  2. Casino Games in Miami, FL - Mapyro
    Play our casino games in Miami, FL for fun 김해 출장마사지 or 거제 출장샵 for real money. Mapyro has over 1,500 games and 경상북도 출장안마 more than 175000 slots, table games, 청주 출장마사지 and 평택 출장샵 live dealer

    BalasHapus